EL
NINO
A. Asal Mula El Nino
(Sumber:http://www.acmecompany.com/stock_thumbnails/13007.el_nino_conditions.jpg)
El Nino berasal dari bahasa Spanyol
yang berarti “anak lelaki”. Sejarahnya, pada abad ke-19 nelayan Peru menyadari
terjadinya kondisi menghangatnya suhu lautan yang tidak biasa di wilayah pantai
Amerika Selatan, dekat Ekuador dan meluas hingga perairan Peru. Hal ini terjadi
di sekitar musim Natal pada setiap tahun. El-Nino adalah
kondisi abnormal iklim dimana penampakan suhu permukaan laut Samudera Pasifik
ekuator bagian timur dan tengah (dipantai Barat Ekuador dan Peru) lebih tinggi
dari rata-rata normalnya. Pada tahun-tahun
normal, air laut dalam yang bersuhu rendah dan kaya akan nutrisi bergerak naik
ke permukaan di wilayah dekat pantai. Kondisi ini dikenal dengan upwelling.
Upwelling ini menyebabkan
daerah tersebut sebagai tempat berkumpulnya jutaan plankton dan ikan. Ketika
terjadi El Nino upwelling
jadi melemah, air hangat dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang
pantai sehingga panen para nelayan berkurang.
Istilah
ini pada mulanya digunakan untuk menamakan arus laut hangat yang terkadang
mengalir dari utara ke selatan antar Pelabuhan Paita dan Pacasmayo. Padahal
biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut karena naiknya massa air di
bawah permukaan air laut ke permukaan air laut (upwelling).
Kejadian
ini kemudian semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun
serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun.
El-Nino
sering disebut fase panas (warm event) di samudera pasifik ekuatorial
bagian tengah dan timur. El-Nino diindikasikan dengan beda tekanan
atmosfer antara Tahiti dan Darwin atau yang disebut Osilasi Selatan. Disebut
demikian karena keduanya terletak di belahan bumi bagian selatan. El-Nino
ditandai dengan indeks osilasi/Southern Oscillation Index (SOI) negatif,
artinya tekanan atmosfer Tahiti lebih rendah dari pada tekanan diatas darwin.
Gilbart Walker yang mengemukaan
tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi
angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik Tropis. Sirkulasi ini timbul karena
perbedaan temperatur di atas perairan yang luas pada daerah tersebut.
1.
Perairan
sepanjang pantai China dan Jepang, atau Carolina Utara dan Virginia, lebih
hangat dibandingkan dengan perairan sepanjang pantai Portugal dan
California. Sedangkan perairan di sekitar wilayah Indonesia lebih hangat
daripada perairan di sekitar Peru, Chile dan Ekuador.
2.
Perbedaan
temperatur lautan di arah Timur – Barat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara
permukaan di antara tempat – tempat tersebut.
3.
Udara bergerak
naik di wilayah lautan yang lebih hangat dan bergerak turun di di wilayah
lautan yang lebih dingin. Dan itu menyebabkan aliran udara di lapisan permukaan bergerak dari Timur
ke Barat. Inilah yang kemudian disebut dengan
angin Pasat Timuran.
Sirkulasi Timur Barat (Sirkulasi Walker)
(sumber: http://www.bom.gov.au/lam/climate/level3/analclim/elnino.htm)
(sumber: http://www.bom.gov.au/lam/climate/level3/analclim/elnino.htm)
B. Terjadinya El Nino
Ketika terjadi El-Nino
angin pasat timuran melemah. Angin berbalik ke barat dan mendorong
wilayah potensi hujan ke barat. Hal ini menyebabkan peruabahan pola cuaca.
Daerah potensi hujan meliputi wilayah perairan pasifik tengah, pasifik timur,
dan amerika tengah. Selain itu air laut bersuhu rendah yang mengalir di
sepanjang pantai selatan amerika dan pasifik timur berkurang atau bahkan
menghilang sama sekali. Wilayah pasifik tengah, pasifik timur menjadi sehangat
pasifik barat.
C. Kondisi Normal
Pada tahun-tahun
normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia ≥28°C
sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ±20°C (SST di
Pasifik Barat 8° - 10°C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).
(Sumber: http://winds.jpl.nasa.gov/images/winds_over_ocean2.gif)
Pada kondisi netral :
- Angin di wilayah Samudra Pasifik di sekitar ekuator ( Angin Pasat Timuran) dan air laut di bawahnya, mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
- Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara
D. Kondisi El Nino
Sebaran awan hujan sangat sedikit di
wilayah Indonesia
Pada tahun El Nino
jumlah air laut bersuhu rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan
Amerika dan Pasifik Timur berkurang atau bahkan
menghilang sama sekali. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi sehangat
Pasifik Barat.
Ketika terjadi El Nino :
- Angin Pasat Timuran melemah, artinya angin berbalik arah ke Barat dan mendorong wilayah potensi hujan ke Barat. Hal ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Pasifik Tengah dan Timur dan Amerika Tengah.
E. Intensitas El Nino
Masing-masing
kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana dampaknya pada
pola turunnya hujan maupun panjang durasinya.Berdasar intensitasnya El Nino
dikategorikan sebagai :
- El Nino Lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
- El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
F. Mendeteksi El Nino
El Nino adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi
kehidupan di wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun. Meskipun rata-rata
El Nino terjadi setiap tiga hingga delapan tahun sekali dan dapat berlangsung
12 hingga 18 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap. Kenyataan ini membuat El
Nino sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya.
Namun demikian secara umum terdapat tiga parameter yang biasa digunakan untuk
mendeteksi terjadinya El Nino :
1. SOI (Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai
indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan
Darwin-Australia, secara matematika dirumuskan :
Dengan
:
- Pdiff : Selisih antara rata-rata satu bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP Darwin
- Pdiffav : Rata-rata jangka panjang Pdiff di bulan yang dimaksud
- SD(Pdiff) : Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud El Nino dideteksi ketika nilai SOI negatif selama periode yang cukup lama (minimal tiga bulan).
2. Suhu Muka Laut (SST)
El Nino terutama
ditandai dengan meningkatnya suhu muka laut di Pasifik Ekuator, SST ini
lebih tinggi dibandingkan dengan rata-ratanya dan
penyimpangan di daerah tersebut bernilai positif.
Pergerakan angin pasat
Selama kejadian El Nino, angin pasat timur melemah. Aliran ke Timur berbalik ke arah Barat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia menjadi
dingin dan lebih kering.
G. Dampak El-Nino Terhadap Kondisi Cuaca Indonesia
Fenomena El-Nino
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah indonesia berkurang. Tingkat
berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El-Nino
tersebut. Namun, karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua
maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena
El-Nino. El-Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Kekeringan
dan kebakaran hutan terparah terjadi pada tahun 1977. Kebakaran tersebut
menimbulkan polusi udara yang menyebar hingga ke negara-negara tetangga seperti
malaysia, Brunei, Filipina dan Thailand.
Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global :
1.
Angin pasat timuran melemah
2.
Sirkulasi Monsoon melemah
3.
Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah
Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini
cenderung lebih dingin dan kering.
4.
Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik
Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca
cenderung hangat dan lembab.
LA NINA
A. Asal Mula La Nina
Dalam bahasa latin La Nina berarti
"gadis cilik". La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Peristiwa
itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai
Peru – ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali
seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca
menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang
normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino, La Nina tidak dapat dilihat secara
fisik, periodenya pun tidak tetap.
B. Proses Terjadinya La Nina
Pada saat terjadi La
Nina angin pasat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat
( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat
yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin
di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang
berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian
massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya.
La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa.
C. Intensitas La Nina
Intesita La Nina yang dilihat dari
anomali suhu muka laut (SST)
1.
La Nina Lemah , yang ditetapkan
jika SST bernilai <- 0.5 dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
2.
La Nina sedang, yang ditetapkan
jika SST bernilai antara - 0.5 s/d -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
3.
La Nina kuat, yang ditetapkan jika
SST bernilai > -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
D. Kondisi Suhu Muka Laut Pada Kondisi La Nina
1. Kondisi La Nina
Pada tahun La Nina
jumlah air laut bertemperatur rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan
Amerika dan Pasifik Timur meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi
lebih dingin dari Pasifik Barat.
Ketika terjadi La Nina :
Ketika terjadi La Nina :
- Angin pasat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur.
- Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat.
2. Kondisi Normal
Pada tahun-tahun
normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah Utara dan Timur Laut Australia ≥28°C
sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar Amerika Selatan ±20°C (SST di Pasifik
Barat 8° - 10°C lebih hangat dibandingkan dengan Pasifik Timur).
- Angin di wilayah Samudra Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di bawahnya mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
- Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara.
E. Mendeteksi La Nina
Meskipun rata-rata La
Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12
hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diprakirakan
kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina adalah sesuatu
yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun.
Namun demikian secara umum terdapat tiga parameter yang biasa digunakan untuk
mendeteksi terjadinya La Nina :
1. SOI
(Indeks Osilasi Selatan)
SOI adalah nilai
indeks yang menyatakan perbedaan Tekanan Permukaan Laut (SLP) antara Tahiti dan
Darwin, Australia.
Dengan :
1. Pdiff : Selisih antara rata-rata satu
bulan SLP Tahiti dan rata-rata SLP
Darwin
2. Pdiffav : Rata-rata jangka panjang Pdiff
di bulan yang dimaksud
- SD(Pdiff ) : Standar Deviasi jangka panjang dari Pdiff di bulan yang dimaksud La Nina dideteksi ketika nilai SOI positip selama periode yang cukup lama (setidak-tidaknya tiga bulan).
2. Suhu
Muka Laut
La Nina terutama
ditandai dengan mendinginnya suhu muka laut di Pasifik Equator :
- SST lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya.
- penyimpangan suhu muka laut di daerah tersebut bernilai negatif.
3. Angin
passat
Selama kejadian La
Nina, angin pasat timur menguat. Perairan di sekitar Indonesia dan Australia
menjadi lembab dan basah.
F. Dampak La Nina
La Nina merupakan
fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat.
1. Dampak
La Nina terhadap kondisi cuaca global
a. Angin
pasat timuran menguat
- Sirkulasi Monsoon menguat
- Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Pasifik bagian timur. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
- Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Barat seperti Indonesia, Malaysia dan Australia bagian Utara. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
2. Dampak La Nina Terhadap Kondisi Cuaca
Indonesia
Fenomena La Nina
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia bertambah, bahkan
sangat berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan ini
sangat tergantung dari intensitas La Nina tersebut. Namun karena posisi
geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La Nina.
Fenomena La Nina
ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4 (anomali
negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang
dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan
khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai
kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai
wilayah di Indonesia. Jadi, dua “lakon” di panggung Samudera Pasifik ini
sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain
memberi ancaman banjir.
makasih ya
BalasHapusagen bola terpercaya | tangki timbun | SenangPoker.com Agen Judi Poker Online Terpercaya Indonesia